Amanda menatap lembut pria yang disebelahnya. Teringat
perkenalan awal dengan Declan, perkenalan yang tidak biasa karena meski
beberapa kali pernah berjumpa namun Amanda tidak pernah menyadari keberadaan
Declan, karena perhatian Amanda saat itu hanya tertuju pada sosok Aditya teman
Declan. Hingga suatu saat Declan berani memperkenalkan diri, hingga berhasil
menarik perhatian Amanda dan bisa dekat dengannya.
“Hai Manda, punya Wassap kok ndak ada fotonya sih?” begitulah
kalimat pertama yang Declan ucapkan pada Amanda. Tentu Amanda terkejut karena
Declan ternyata diam-diam sudah menyimpan nomernya. “Aku juga punya Line kamu loh.”
Declan menunjukkan Line milik Amanda untuk mengkonfirmasi apakah itu memang
benar akun Amanda.” Amanda yang terkejut hanya bisa mengangguk dan berkata, “Aku
belum simpan nomer kamu, jadi kamu tidak bisa lihat Foto WA aku.” Declan
tersenyum dan kemudian mengetik pesan ke HP Amanda. “Itu pastikan disimpan ya
nomerku.” Ujar Declan sambil tersenyum. Amanda tidak menganggap perkenalan itu
penting karena Declan adalah teman Aditya, jadi wajar jika saling menyimpan
nomor.
Amanda dan Aditya memang digosipkan memiliki hubungan, Amanda
memang menyukai Aditya tetapi Amanda tidak tahu bagaimana perasaan Aditya
terhadapnya. Dan Amanda pun terlalu takut mendengar jawaban dari Declan
mengenai perasaannya.
Hingga suatu hari Declan yang saat itu datang ke ruangan
Amanda berkata, “Manda, denger-denger kamu suka ya sama Aditya? Iyakan??
Iyadong?? Hayo ngaku!!” “Kata siapa??” Begitulah penyangkalan khas wanita jika
tidak ingin menjawab sebuah pertanyaan. “Kata orang-oranglah, malah aku nanya
langsung ke Aditya loh.” Sahut Declan dengan cueknya. “What, tanya apa??”
Amanda terkejut karena tak menyangka Declan akan sejauh ini kepo nya. “Aku
nanya ke Aditya, bener ndak kalian ada hubungan? “ “Trus, trus Aditya bilang
apa” “Tuh kan kepo!!!” “Declan, Plis Aditya jawab gimana??” “Dia bilang, enggak
kok. Aku sudah ada wanita lain.” Declan bercerita dengan muka polosnya. “Oh
gitu.” Sahut Amanda pendek.
Ia tak bisa
berkomentar lebih banyak lagi, karena selama ini yang Ia tahu Aditya single,
sehingga teman-temannya selalu menjodohkan mereka disetiap kesempatan. Tega
sekali mereka jika tahu Aditya sudah punya cewek tetapi masih bikin Amanda
baper dengan menjodohkannya dengan Aditya. Dia menganggap hanya Declan yang
baik hati mau memberitahunya perihal ini. Jika tidak, mungkin dia masih dibutakan
cinta dan mengharapkan Aditya. Mendengar kabar ini Amanda tidak bertanya pada Aditya,
namun langsung berubah sikap menghindari Aditya. Aditya pun sadar akan
perubahan Amanda namun Aditya juga tidak pernah bertanya. Hingga akhirnya
hubungan keduanya perlahan renggang.
Sejak kejadian itu Amanda menjadi dekat dengan Declan, Declan
merupakan sosok yang sangat tahu bagaimana cara memperlakukan Amanda. Inilah
kepekaan yang selama ini Amanda harapkan dari seorang pria. Namun karena sifat
Declan yang mudah menaklukan wanita inilah yang selalu membuat Amanda khawatir.
Khawatir jika Declan dibelakangnya juga bersikap manis terhadap wanita lain.
“Tumben telepon jam segini, pasti ada maunya ya?” Amanda
melirik jam dinding, karena tak biasanya Declan menelepon saat jam kerja. “Kalo
maunya cuma kamu bagaimana?” Saut Declan centil. “Ih apaan sih, dasar cowok!! Bisa
aja kalo gombal. Disini bilangnya jomblo tapi ternyata ceweknya banyak” Balas
Amanda. “Tuh kan kamu tuh mesti kok negative thingking terus sama cowok, mau
nanti jomblo terus nggak nikah-nikah?” “Apaan siiihhh kamuuu!!!”
Begitulah obrolan singkat Amanda dan Declan, meski singkat
namun kalimat Declan selalu terngiang dibenak Amanda. Declan benar, selama ini
Amanda sangat susah mempercayai pria dan bahkan tak pernah memberikan mereka
kesempatan untuk mendekati Amanda. Namun kali ini Amanda mau membuka diri untuk
mempercayai Declan, pria yang baru saja mengomelinya untuk belajar berpikir
positif tentang cowok. Amanda pun mengganti status di WA nya menjadi B+.
“B+ Itu apa?” Tanya Declan “Kasih tau gak yaaa??” Goda Amanda
“Oke, kalo ga mau kasih tau aku simpulkan itu adalah golongan darah.” “Ye, enak
aja. Itu artinya Be Positive tauk!!” “Oh gitu, hahhaa akhirnya kamu dengerin
aku ya.” Deggg..Amanda tersadar, bahwa dia mulai berubah dan mulai mendengarkan
orang lain. Entah Declan makhluk yang berasal dari mana sehingga omongannya
bisa menjadi air yang diserap otak Amanda yang tandus.
Sejak saat itu hari demi hari mereka saling dekat satu sama
lain. Hingga suatu hari tibalah saat yang paling Amanda benci. Saat memulai hubungan baru, keduanya harus rela
berbagi kisah romansa di masa lalu. Rasanya bagi Amanda bagaikan menggali
kembali apa yang sudah Ia susah payah kubur dalam-dalam. Namun hal ini harus
tetap dilewati, untuk menemukan kecocokan bersama.
Amanda bercerita lebih dulu bagaimana kandasnya hubungan asmara
yang telah ia jalani, “Dia sudah bagaikan lebih dari sekedar teman baikku. Menemaniku
dalam susah maupun senang, meski jarak kita tidak berdekatan namun kami sebisa
mungkin bertukar kabar. Entah itu bisa dibilang hubungan asmara atau hanya
hubungan jarak jauh. Namun aku terbiasa menceritakan kegiatanku padanya mulai
dari masalah pekerjaan hingga celotehanku yang super gak penting. Terakhir aku
menyadari bahwa selama ini aku terlalu banyak bercerita namun kurang
mendengarkannya. Yah begitulah aku dan keegoisanku hingga akhirnya dia memilih pergi
tanpa berpamitan. Hingga kini aku mencoba untuk menerima itu dan tak sekalipun
kutanyakan alasannya” Suara Amanda menjadi lirih saat membahas tentang masa
lalunya. Declan mendengarkan dengan seksama. “Namanya sapa coba?? Parjo apa
Kusnawi?? Hahahha” Declan mencairkan suasana dengan candaanya. “Apaan sih lau.”
Amanda kemudian ikut tertawa sembari memukuli Declan.
Kini saatnya Declan menceritakan kisah masa lalunya, kisah
Declan pun ternyata meninggalkan bekas yang hingga kini belum hilang. Amanda
melihatnya sebagai kisah yang belum usai. “Kalau tidak putus dengannya,
Desember besok sudah aku melamar dia dan Mei tahun depan Aku dan dia akan
menikah. Mamaku sudah mempersiapkan semuanya, namun semuanya kandas. Kami
terlalu keras kepala untuk saling mengalah hingga susah disatukan.” “Declan,
tiap orang itu tidak ada yang 100% cocok, toleransilah yang akan menyatukan
keduanya.” “Tapi toleransi yang harus diciptakan terlalu besar, sehingga aku
dan dia susah menyatunya.” Tetap saja Amanda masih bisa melihat, Declan masih
menyimpan perasaan terhadap mantannya. Tanpa terasa ada luka kecil dihati
Amanda saat mendengarkan Declan menceritakan tentang masa lalunya dengan muka
serius. Karena baru kali ini Ia melihat Declan seserius ini.
“Kamu belum bisa move
on ya?” Amanda menanyakan hal yang bahkan dia sendiri sudah mengetahui
pasti apa jawabannya. Dia hanya ingin Declan menjawab bahwa mantannya sudah
tidak berarti apa-apa saat ini untuknya karena sudah ada Amanda disisinya saat
ini yang menemaninya. “Aku bukan tipe orang yang gampang move on.” Jawaban
Declan diluar ekspektasi Amanda. “Tidak biasanya Declan menjawab dengan bodoh
seperti ini, dia biasanya selalu menjawab pertanyaanku sesuai apa yang ingin
aku dengar.” Batin Amanda. Diam-diam Amanda penasaran dengan mantan Declan,
wanita seperti apa kira-kira yang membuat Declan menjadi bodoh seperti ini. (bersambung….)