She Was Pretty

Minggu, 24 Januari 2016

Setiap wanita pasti ingin tampil cantik, meski bukan untuk dipuji namun untuk kesenangan diri sendiri. Namun sudah 6 bulan terakhir ini ada hal yang selalu mengganjal dipikiranku. Penyebabnya bukan jodoh tapi jerawat di wajah. Sedih iya, kepikiran pasti!!

Awalnya aku mencoba cuek, namun hingga aku berada disuatu masa semua orang yang bertemu bertanya kenapa aku jadi berjerawat, padahal dulunya mukaku mulus bagai pantat bayi (oke, yang ini berlebihan).Hingga akhirnya nemu twit ini yang bisa mewakili perasaan aku banget!!



Kondisi ini menurut Kobler-Ross dapat disimpulkan bahwa, ada 5 tahap kesedihan manusia. Rasanya teori ini bener banget untuk menjelaskan perasaanku saat itu. Fase-fase tersebut adalah :

1.    Denial (Penyangkalan)
Penyangkalan hadir sebagai pertahanan sementara untuk diri sendiri. Hal itulah yang pertama kali saya lakukan saat mengetahui muka sudah berjerawat, selalu menyangkal jika harus segera ada tindakan dan menganggap itu hanya pengaruh hormonal dan akan segera menghilang.

2.    Anger (Marah)
Hal yang paling umum setelah melakukan penyangkalan adalah marah. Marah terhadap diri sendiri kenapa ini semua bisa terjadi padaku (halah..drama).

3.    Bargaining (Tawar Menawar)
Setelah lelah dengan menyalahkan diri sendiri tibalah pada fase tawar-menawar dan berandai-andai. Kenapa dulu saat jerawat masih satu tidak segera diatasi?

4.    Depression (Depresi)
Puncak dari tahapan kesedihan adalah fase depresi, fase terberat yang harus dihadapi. Awalnya saya biasa aja dengan muka brerjerawat, kini mulai terusik karena hampir setiap orang yang kujumpai menanyakan kenapa muka ini jadi mengenaskan dan mulai membandingkan dengan mukaku yang dulu putih, cantik, merona (ini lebay..hahaha) Dalam hati selalu saja berkata please deh, kaya gak pernah liat orang jerawatan aja.


5.    Acceptance (Penerimaan)
Dari banyaknya orang yang bertanya mengenai mukaku yang jerawatan, akhirnya fase akhir yang harus saya hadapi adalah penerimaan. Menerima jika saat ini kondisi muka memang berjerawat dan saya tidak boleh tinggal diam. Sudah saatnya saya menemui dokter spesialis kulit, mengingat sudah banyak metode pengobatan yang kucoba mulai facial anti acne, masker madu, masker lidah buaya, minum obat jerawat, pakai salep anti jerawat Cuma saran yang harus segera nikah aja yang belum dicoba.
Entah apa korelasinya jerawatan sama tanda harus cepet nikah, diiyakan ajalah namanya juga saran.


Cukup sampai disini cerita She Was Pretty, dipostingan selanjutnya saya akan menceritakan kisah tentang bagaimana saya menjalani hidup sebagai survivor jerawat. Semoga postingan ini berguna bagi kamu yang juga pernah merasa diposisiku.
Buat yang tidak pernah merasakan diposisi ini, please don’t judge!!

Terimakasih telah menyempatkan membaca. J

Accidentally in Love

Selasa, 19 Januari 2016

“Apa sih yang kamu suka dari dia?” begitu mereka selalu bertanya kepadaku.
 Namun aku hanya tertawa dengan muka merona merah.

Tahukah kalian,
Aku pernah berada disuatu masa
Saat hati terasa begitu hampa
Berdoa hanya pada Sang Pencipta
Memohon untuk merasakan cinta

Jika hati memiliki frekuensi
Aku rasa kita berada dalam frekuensi yang sama
Sehingga dengan mudahnya aku menangkap radarnya

Saat ini,
Biarlah begini adanya
Aku tidak ingin memaksa hatiku untuk berhenti menyukainya
Bukankah aku juga berhak untuk bahagia?

Terimakasih pada Semesta,
Atas pertemuan yang tak terduga
Entah bagaimanapun akhirnya
Terimakasih karena kau pernah ada